Sabtu, 18 Desember 2010

“Menjadi Ibu yang penuh cinta kasih, adalah cita-citaku kelak”

“Menjadi Ibu yang penuh cinta kasih, adalah cita-citaku kelak”
Suatu hari,,,ketika saya pulang dari rumah kakak saya, saya melihat tetangga saya sedang mamarahi anaknya berusia enam tahunan, entah apa yang dilakukan seorang anak itu hngga ibunya marah-marah, seorang ibu berkata kasar dan menjewarnya hingga si anak nangis menjerit-jerit. Waktu itu saya kaget dan benar2 kecewa dengan tindakan kasar si ibu pada si kecil.
“kasihan......” hanya itu yang bisa saya ungkapkan. Kasihan pada si kecil yang menerima perlakuan kasar (dalam hati saya berkata “untung ibu saya tidak sekasar tetangga saya, dan mudah2n saya nanti kalau sudah menjadi seorang ibu tidak seperti ibu itu). Kasihan pula pada si ibu yang melakukan itu mungkin karena ketidaktahuan cara mendidik anak. Atau mungkin itu merupakan suatu ungkapan kesalahan karena beratnya beban seorang ibu rumah tangga dan tuntutan ekonomi yang makin berat, anakpun jadi sasarannya.
Kejadian ini hanya sebuah gambaran kecil dari kekerasan2 dari orang tua terhadap anaknya yang kerap didengan pada masa sekarang. Kadang saya merasa aneh, miris dan bertanya2, kenapa kko hal ini bisa terjadi??? Bukannya segalak-galak macan, dia tak mau memakan anaknya sendiri. Namun sekarang justru banyak orang tua menjual anaknya bahkan sampai membunuhnya hanya dengan alasan keterbatasan ekonomi.
Padahal kalau kita simak Q.S Al-An’aam:151, Allah berfirman “ ....dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka....” dari pengertian ayat tersebut betapa Allah akan menjamin rejki atas orang tua yang merawat anaknya dan tiap-tiap anak yang terlahir.
Memang kekerasan terhadap anak kerap terjadi karena faktor keterbatasan ekonomi dan keterbatasan ilu yang miliki oleh orang tua. Oleh sebab itu terjadi semacam ini tidak perlu lagi terjadi kalau setiap orang tua memperhatikan hal2 seperti berikut:
Pertama, memiliki iman yang kuat. Dengan keimanan yang kuat orang tua tidak akan merasa resah soal kelanjutan hidup diri an anak2nya, karena allah yang mengatur segala-galanya. Dan Allah sebaik-baik pengatur.
Kedua, orang tua harus belajar cara mendidik anak. Seorang ibu harus mempunyai kompetensi yang kira-kira sama dengan seorang pendidik profesional. Yang dengan kemampuan itu sang ibu memiliki ilmu sekaligus cinta kasih dalam merawat dan mendidik anak-anaknya.
Ketiga, mengembalikan peran ayah sebagai pencari nafkah yang utama. Dengan demikian seorang ibu bisa fokus dalam mendidik dan merawat anak-anaknya kerena kebutuhan ekonimi sudah dipenuhi sang ayah, kalau misalnya sang anak sudah mulai dewasa dan si ibu pun sudah memberikan kepercayaan kepada anaknya, maka sang ibu boleh membantu suaminya dalam mencari nafkah.
Mungkin apa yang sudah saya sebutkan tadi mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai renungan bagi kita semua terutama bagi seorang calon ibu, walau mungkin pada kenyataannya sangat sulit untuk dilakukan, namun dengan kesabaran kita insya allah peran orang tua akan mampu mengemban amanah Allah dengan sebaik-baiknya, tanpa kemarahan, tanpa kekerasan. Amin .......
Dan emoga kita khususnya calon seorang ibu, bisa menjadi seorang ibu yang benar-benar memiliki cinta kasih terhadap anaknya dan bisa mendidik dengan sebaik-baiknya.....
(Cerita nyata dari seorang gadis bontot “Nok Ian”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar